Makam Wali Dipenuhi Tahi, Mana Mungkin Mau Menemui Para Peziarah! — Sebuah Kisah dari Jatirejo
Ananta masih ingat dengan jelas, beberapa tahun lalu saat Ananta sedang giat-giatnya menempuh laku spiritual. Seorang teman merekomendasikan sebuah tempat laku yang katanya cukup wingit namun penuh keberkahan. Lokasinya di daerah Jatirejo, Mojokerto — sebuah makam tua bernama Makam Mbah Margo. Letaknya tersembunyi, namun di dalamnya terdapat bilik yang bisa dikunci seperti kamar pribadi. Di sanalah Ananta memulai tirakat.
Setiap malam Ananta datang. Setelah membersihkan diri di sumber air jernih di depan lokasi makam, Ananta masuk ke dalam bilik. Zikir, wirid, dan lantunan ayat suci Al-Qur’an kuhadirkan malam demi malam. Kadang Ananta tidur di sana hingga pagi. Tapi selama berminggu-minggu melakukan laku itu, belum pernah sekalipun Ananta "dirawuhi" — Mbah Margo tak juga menampakkan wujud, atau memberi pertanda apa pun.
Hingga suatu saat, Ananta mulai menyadari satu hal kecil yang sering terjadi. Hampir setiap malam, meskipun lokasi makam ini dijaga juru kunci dan dibersihkan secara rutin, Ananta selalu menemukan tahi kucing kecil — kadang juga keong “kulnenek” — di atas makam. Awalnya Ananta kira hanya abu dupa dari para peziarah. Tapi lama-lama Ananta sadar… itu benar-benar tahi kucing.
Sejak saat itu, Ananta mulai membawa sapu dan cikrak. Setiap sore sebelum ritual malam, Ananta bersihkan seluruh lokasi makam. Tak hanya daun-daun gugur, tapi terutama tahi kucing yang selalu muncul di atas pusara Mbah Margo. Dan anehnya, setelah Ananta mulai rajin menyapu dan memastikan makam bersih… barulah Mbah Margo mulai menampakkan wujud. Tak bicara sepatah kata pun, tapi keberadaannya terasa sangat jelas. Bahkan kadang aku juga merasa kehadiran sesepuh lain yang bersemayam di sekitar sana.
Ananta pun menyimpulkan satu hal: Mbah Margo tak akan “pulang” jika rumahnya kotor.
Semakin lama Ananta di sana, semakin banyak yang Ananta pahami. Ada semacam pola. Jika malam sebelumnya terjadi ritual yang aneh atau menyimpang, keesokan harinya tahi kucing selalu muncul di atas makam. Pernah juru kunci sampai bingung—katanya ia sudah menyapu dan menutup pintu bilik. Tapi tiba-tiba saja ada kotoran di dalam. Ananta hanya menjawab, “Kalau muncul seperti ini, biasanya semalam ada yang ‘nelek’ di sini, Pak…”
Ya, Ananta menyebutnya “nelek”, sebuah istilah dari bahasa Jawa yang artinya “buang air besar”. Itu sindiran untuk ritual-ritual yang kotor secara spiritual, seperti praktik guna-guna, santet, atau bahkan syahwat berkedok tirakat.
Pernah suatu malam, Ananta melihat tiga pasang laki-laki perempuan datang bersama seorang yang katanya guru spiritual. Mereka mandi bersama di sumber air depan makam tanpa sehelai benang pun. Ritual apa pun itu jelas bertentangan dengan syariat. Dan pagi harinya? Seperti biasa… banyak tahi kucing bertebaran di atas makam.
Pernah juga, saat Ananta membersihkan kotoran itu, Ananta menemukan bungkusan kain putih. Di dalamnya ada nama seorang wanita dan benda-benda aneh khas praktik ilmu hitam. Itu makin menguatkan keyakinanku — energi negatif meninggalkan jejak nyata.
Lambat laun, Ananta sampai pada pemahaman begini:
Seharusnya makam wali itu jadi tempat menampung energi baik — zikir, doa, sholawat, bacaan Qur’an — yang kemudian bisa menyalurkan keberkahan kepada yang memerlukan. Tapi kalau energi diambil terus, sementara tak ada yang “mengisi” dengan kebaikan, makam itu akan kosong dari cahaya. Bahkan bisa jadi penuh kotoran, baik fisik maupun metafisik.
Jika energi yang datang adalah niat buruk, syahwat, dan praktik hitam, maka jangan harap berkah itu hadir. Yang akan diterima para peziarah justru adalah energi kotor dan berat, dan para wali… tak akan mau “pulang” ke rumah mereka yang kini tak lagi suci.
Kesimpulan: Jangan Datang Hanya untuk Mengambil
Pengalaman ini mengajarkan Ananta satu hal: jika engkau datang ke makam wali hanya untuk mengambil, tanpa membawa niat baik dan amalan bersih, maka yang akan kau dapat bukanlah berkah… tapi kotoran.
Makam wali bukan tempat pesugihan, bukan tempat bermain-main, apalagi menyisipkan syahwat atau dendam dalam bentuk ritual hitam. Ia adalah rumah ruh yang suci, tempat malaikat turun membawa rahmat. Maka bersihkan niatmu, bersihkan tubuhmu, dan bersihkan pula tempat itu — agar para wali berkenan kembali “pulang”, menemui mereka yang sungguh-sungguh datang dengan hati bersih.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar